Rabu, 29 Juli 2020

Naomi Susilowati Setiono : Wanita Mandiri yang Jadi Pengusaha Batik Sukses

Naomi Susilowati Setiono: Wanita Mandiri yang Jadi Pengusaha Batik Sukses 


Naomi Susilowati Setiono
Sumber:  profilpengusahasuksesindonesia.blogspot.com

Naomi ( 46 tahun ) adalah orang yang ingin memajukan dunia  Batik Lasem  sebagai kerajinan asli Indonesia yang bernilai tinggi. Baik itu di dalam maupun di luar negeri. Perjuangan yang ia lakukan dalam mengembangkan batik lasem atau laseman ini sangat besar.

Meskipun ia berasal dari keluarga terpandang, ia sama sekali tak tinggi hati, sebaliknya ia selalu menjawab siapa saja dengan baik. Tanpa mendiskriminasi orang.

Karena suatu masalah, pada tahun 1980, bertemu Sekolah Menengah Apoteker Theresianan Semarang ini ditegur oleh orang tuanya. Dan akhirnya dikucilkan di usianya yang baru menginjak 20 tahun. Saat itu Naomi hengkang menuju Kabupaten Kudus.

Masa itu adalah masa yang sulit dilawan, tetapi sebagai gadis remaja yang mandiri ia harus banting tulang untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.

Awalnya Naomi bekerja sebagai  tukang cuci pakaian . Karena tergiur menghasilkan yang lebih tinggi, ia beralih profesi jadi  pemotong batang  di Pabrik  Djarum  Kudus.

Namun karena kurang cekatan, ia hanya memperoleh sebagian yang sedikit, yaitu Rp 375 per hari. Padahal pekerja lain bisa mengurangi batang rokok hingga berkarung-karung dan berpenghasilan Rp 2.000-an perhari.

Kemudian ia beralih profesi jadi  kernet bus Semarang-Lasem . Singkatnya ia adalah kembali lagi oleh orang tuanya tinggal di Lasem. Itu juga dengan berbagai cemoohan. Derajat Naomi seakan-akan lebih rendah dari pembantu . Mau minta makan dan air saja ke pembantu. Lebih besar lagi, tidak diizinkan.

Namun Naomi tidak dendam pada saat di rumah. Semua konsultasi itu diterima dengan lapang dada. Dari situ perlahan ia mulai membaca cara membuat batik lasem.

Diawali dari proses pendesainan, cara memegang canting, melapisi kain dengan malam, dan bagaimana cara mewarnai dengan baik ia menyelesaikan dengan seksama. Ini juga termasuk salah satu faktor yang disetujui Naomi Susilowati Setiono.

Sampai pada suatu hari di tahun 1990, orang tuanya memutuskan untuk tinggal di Jakarta bersama adik-adiknya. Naomi tidak harus harus berhasil usaha batik yang ditinggal orang tuanya. Disinilah awal dari kesuksesan gambar Naomi dalam dunia perbatikan.

Salah satu perubahan yang ia lakukan pada usaha orang tuanya adalah mengubah sistem dan aturan lama bagi para pekerja. Dalam hal ini ia memberikan kesempatan pada para pengrajin untuk menjalankan ibadah shalat.

Suasana kerja juga tak lagi seperti atasan dan bawahan. Naomi menganggap para pengrajin sebagai mitra usaha yang sama-sama menguntungkan dan membutuhkan.

Saat siang hari, ia terjun dalam proses pembuatan batik. Sementara malam digunakan untuk membuat desain.

Dibandingkan dengan batik Solo dan Yogya, batik lasem atau laseman memiliki perkembangan yang jauh tertinggal. Naomi dengan menggunakan peralatan tradisional membuat pengembangan pada batik laseman.

laseman batik
Sumber: mainmain.id 

Ia mengerahkan 30 pengrajin Batik Tulis Tradisional Laseman Maranatha di Jalan Karangturi I / I Lasem, Rembang dimana ia sebagai pemimpinnya.

Jadi tak heran bila rekan-rekannya memintanya untuk menjadi ketua kluster batik lasem yang saat ini belum diberi nama. Untuk kedepannya, cluster ini akan diberi nama asosiasi pengrajin atau pengusaha batik lasem.

“Tentu saja semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya kebaikan Tuhan” ucap Naomi sembari mensyukuri atas perbaikan hidup yang dialaminya.

Meskipun ia bukan pengusaha batik nomor satu di Kabupaten Rembang, tetapi ia sudah cukup terkenal di dunia perbatikan. Batik lasem khususnya.

Dengan statusnya yang  orang tua tunggal  dan memiliki dua orang anak yaitu  Priskilla Renny  (23) dan Gabriel Alvin Prianto  (17), ia juga aktif sebagai pendeta di beberapa gereja. Belakangan ini ia disibukkan dengan mengisi seminar tentang berbagai urusan seluk beluk batik lasem.

Saat ini ia juga sedang merintis pengaderan pengrajin batik ke sekolah-sekolah secara gratis. Tentu saja ini termasuk langkah yang bisa dilakukan agar batik bisa terus berkembang.

Naomi menuturkan, “Kalau bukan kita sendiri yang mengader, siapa lagi? Kita tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah! ”

Naomi bahkan tidak pernah mengutarakan undangannya di hadapan  Bupati Rembang Hendarsono  untuk menambahkan cara membatik ke dalam pelajaran muatan lokal. Namun sayang, ide ini tidak ditanggapi dan dianggap tidak berhasil.

Sampai disini Naomi tak langsung menyerah, ia langsung jatuh ke sekolah-sekolah untuk menyampaikan pemikiran tersebut. “Untuk masalah tempat tidak perlu khawatir, saya bisa meminjam balai desa, jadi tidak perlu keluar uang” tutur Naomi.

naomi mengader
Sumber:  wirausahawankita.blogspot.com

Di tengah kesibukannya, produktivitasnya tak pernah menurun. Naomi dan kawan-kawannya menghasilkan rata-rata 150 potong batik tulis perbulannya. Motif batik akulturasi budaya Cina dan Jawa dikirim ke beberapa daerah seperti Serang, Medan, dan Surabaya.

Naomi telah membuktikan tentang kita tentang usaha, kerja keras, dan pantang menyerah akan selalu membuahkan hasil yang manis. Jadi jika disetujui  hal-hal apa saja yang membuat Naomi Susilowati Setiono sukses dan berhasil ? Maka inilah jawabannya.

Ditambah lagi dengan keinginannya yang kuat untuk memajukan batik di Indonesia agar jaya kembali. Karena kecintaannya terhadap batik, maka batik tersebut sadar akan batik yang harus dilestarikan.

Kalau ia bisa saja seperti itu, Apakah kita mau mencoba hal yang membuat Naira Susilowati Setiono berhasil? Jadi tunggu apa lagi? Ayo ikut sukses!
    

sumber : hidupcu.com

Post by Jesika olivia olivia wiyanto




Tidak ada komentar:

Tugas PKWU Kel.5