Sunny Kamengmau
Pendidikan memanglah sesuatu yang penting, namun pendidikan bukanlah satu-satunya penentu kesuksesan seseorang.
Bermodalkan ijazah SMP, pria kelahiran Nusa Tenggara Timur ini merantau ke pulau Bali. Di usianya yang ke-18 Sunny tidaak melanjutkan pendidikan SMA nya dan memilih untuk bekerja serabutan di Bali.
Pekerjaan apapun ia lakoni dari mencuci mobil, menjadi buruh renovasi rumah, hingga akhirnya ia menetap sebagai tukang kebun di salah satu hotel di Bali selama satu tahun.
Pada tahun 2002, setelah satu tahun menjadi tukang kebun, Sunny diangkat menjadi petugas keamanan hotel atau security.
Kepribadianya yang senang bergaul membuatnya dekat dengan banyak tamu hotel. Hal ini pun menumbuhkan minatnya untuk belajar bahasa asing seperti bahasa jepang dan bahasa Inggris. Sunny melihat peluangnya sebagai security yang pandai bahasa asing.
Dengan gajinya yang hanya 50.000 rupiah, ia membelikanya sebuah kamus inggris- Indonesia. Kemauanya belajar bahasa asing ini lah yang pada akhirnya mempertemukan Sunnny dengan Nobuyuki Kakizaki, seorang pengusaha sekaligus pemilik Real Point Inc asal Jepang.
Persahabatan yang terjalin selama 5 tahun itu pun membuat mereka berpikir untuk membuka usaha bersama. Keduanya kemudian bekerjasama dalam usaha membuat tas.
Tas handmade nantinya akan dipasarkan ke Jepang karena tingginya minat masyarakat Jepang akan hasil kerajinan buatan tangan. Namun usahanya ini tidak berlangsung mulus.
Pada awal dibentuknya kerjasama itu, mereka sama sekali tidak memiliki target pasar yang pasti. Pembeli pertama mereka pun datang dari Jepang, namun penjualan tetap tidak menunjukan perkembangan yang stabil. Bahkan penghasilan yang di peroleh pun tidak menentu setiap bulannya.
Sembari berusaha merintis bisnisnya, Sunny juga tetap bekerja sebagai security di hotel. Dengan usahanya yang gigih dalam memasarkan tas kulitnya, pada tahun 2007 mereka berhasil dengan stabil memasarkan produknya. Tas Robita, begitu mereka menamai produknya ini.
Produksi tas Robita pun mencapai sekitar 5000 buah setiap bulannya. Stabilnya pemasaran produk mereka ini pun kemudian membuat keduanya yang pada awalnya hanya mampu merekrut 20 orang karyawan saja, bertambah hingga 300 karyawan.
Kehilangan partner berharganya karena kankerparu-paru dan penurunan permintaan pasar akan tas Robita tidak lantas menghentikan Sunny untuk berusaha.
Dengan usaha yang gigih, lelaki paruh baya yang saat itu masih menyewa sepeda motor pun sekarang mampu menjadi seorang pebisnis sukses di bidang kerajinan kulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar